12 Apr 2016, 00:00
Guna persiapan menghadapi penilaian Anugerah Parahita Ekapraya (APE) Kota Bukittinggi Tahun 2016, Selasa (12/04) dilakukan Advokasi dan Evaluasi. Advokasi dan Evaluasi dibuka Wakil Walikota Bukittinggi H. Irwandi, SE di Hall Balaikota Bukittinggi.
Tati Yasmarni, SE, MM Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Bukittinggi melaporkan Anugerah Parahita Ekapraya (APE) adalah sebagai bentuk pengakuan atas komitmen dan peran para pimpinan Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah dalam upaya mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender melalui Strategi Pengarus Utamaan Gender (PUG), maka Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI menyampaikan penghargaan sejak Tahun 2004 yang disebut "Anugerah Parahita Ekapraya" (APE). Anugerah Parahita Ekapraya (APE) berarti suatu penghargaan terhadap prakarsa dan prestasi yang dicapai dan menunjukan kondisi dan kesejahteraan orang lain dalam kaitannya dengan pencapaian kesejahteraan gender, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di daerah.
Ada Tiga Kategori Penerima Anugerah Parahita Ekapraya (APE) : (1) Tingkat Pratama (Pemula), (2) Tingkat Madya (Pengembang) dan (3) Tingkat Utama (Peletakan dasar dan Keberlanjutan). Menurut Tati Tahun 2013 dan 2014 Kota Bukittinggi berturut-turut menerima anugerah APE di Tingkat Madya. Tahun ini Bukittinggi dinilai apakah tetap Tingkat Madya atau ditingkatkan menjadi Utama. Anugerah Parahita Ekapraya (APE) dinilai dari 7 (Tujuh) Komponen kunci,terdiri dari: (1)Komitmen, (2) Kebijakan, (3) Kelembagaan, (4) Sumber Daya Manusia dan Anggaran, (5) Alat Analisis Gender, (6) Data Gender, (7) Partisipasi Masyarakat.
Menurut Tati, kegiatan Advokasi dan Evaluasi kali ini untuk mempersiapkan Bukittinggi terhadap tiga hal yaitu Komitmen Pemko Bukittinggi dan Masyarakat tentang Kesetaraan dan Keadilan terhadap Perempuan dan Laki-laki di Semua Lini Kehidupan, Keberpihakan Pemko beserta Masyarakat terhadap Pemberdayaan dan Perlindungan Perempuan, Keberpihakan Kota Bukittinggi dalam Membangun Komitmen sebagai Kota Layak Anak dengan terpenuhinya 31 indikator termasuk sekolah ramah anak, puskesmas ramah anak, objek wisata ramah anak, pemangku pemerintah ramah anak dan setiap rumah ramah anak. Peserta advokasi dan evaluasi sehari ini diikuti 75 peserta berasal dari SKPD, kepala bidang SKPD yang terkait, Kasubag Perencanaan, Dunia Usaha, Ketua LPM, Masyarakat dan unsur kelurahan.
Wakil Walikota Bukittinggi H. Irwandi, SH dalam sambutannya mengatakan masalah kekerasan rumah tangga cukup banyak terjadi di Bukittinggi. Dengan advokasi dan evaluasi ini Irwandi berharap kesenjangan itu dapat ditekan. Irwandi melanjutkan di Bukittinggi perbedaan perlakuan tidak begitu nampak. Terlihat dari sisi pemerintahan, Pemangku jabatan cukup banyak dari perempuan. Hal itu karena di dalam pemerintahan kapasitas yang bicara bukan gendernya. Sangat besar peluang perempuan menduduki jabatan di Bukittinggi. Yang penting bagaimana kita memacu kreatifitas lewat kinerja. Saat ini yang penting bagaimana kita meningkatkan kualitas hidup perempuan. Menyangkut pula pada peningkatan perlindungan terhadap perempuan terutama menghadapi kekerasan. Untuk itu kelembagaan pengarus utamaan kapasitasnya perlu kita tingkatkan kedepan. Termasuk peningkatan anggaran yang berpihak kepada perempuan. Sementara di lingkungan masing masing dibutuhkan bagaimana kita mengajak dan memberikan pengertian terhadap pengarus utamaan gender ini. Sehingga masalah gender tidak terjadi lagi. Menurut Irwandi, perlu kerja keras bagi kita untuk meraih APE Tahun 2016. Pengahargaan itu akan memacu menciptakan kondisi kota lebih baik dan nyaman bagi perempuan dan anak-anak. (fika/kominfo)
Komentar
Pemerintah Kota Bukittinggi
Komentar