02 Nov 2018, 16:25
Sebagai upaya mencari solusi – solusi terbaik terhadap persoalan pengelolaan persampahan, Dinas Lingkungan Hidup Kota Bukittinggi menggelar Lokakarya dengan tema Seleksi Teknologi Pengolahan Sampah Organik Menjadi Energi “Biowaste To Energy” yang difasilitasi oleh konsultan Ramboll dari Denmark dan dibuka secara resmi oleh Wakil Walikota Bukittinggi Irwandi bertempat di Aula Badan Keuangan Bukittinggi, Kamis (1/11).
Lokakarya ini selain dihadiri Wakil Walikota Bukittinggi Irwandi, juga terlihat hadir Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Barat, Kepala UPTD TPA Regional Payahkumbuh dan konsultan Ramboll Reno Munksgaard.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Supadria mengatakan, kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari survey yang telah dilakukan oleh konsultan dibeberapa lokasi tentang kemungkinan – kemungkinan dan alternatif solusi pengolahan sampah organik yang mungkin untuk dilaksanakan Bukittinggi.
“kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari survey yang telah dilakukan oleh konsultan, dan pada kegiatan ini konsultan akan memaparkan hasil survey yang telah dilakukan tersebut dan tentu kita harapkan adanya respon dari kita yang hadir”, ujar Supadria.
Supadria juga mengatakan, “kegiatan ini merupakan kerjasama Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan Pemerintah Denmark, dimana di Indonesia hanya tiga daerah yakni Depok, Semarang dan Bukittinggi sendiri, dan tentunya kita merespon kegiatan ini dan kita akan melihat solusi apa yang ditawarkan nantinya”, ungkapnya.
Sementara itu Wakil Walikota Bukittinggi Irwandi menyampaikan terima kasih kepada konsultan Ramboll Denmark, dimana kota Bukittinggi salah satu kota yang akan dicarikan solusinya terhadap persoalan pengelolaan sampah. Kemudian Irwandi juga memaparkan kondisi Kota Bukittinggi sebagaimana permasalahan yang dialami perkotaan dengan masalah utama sanitasi yang terdiri atas 4 sub sektornya yakni drainase, limbah, air bersih dan sampah.
“selama ini Bukittinggi telah berupaya melakukan pengomposan berbasis kelurahan dimana kita berupaya supaya sampah itu bernilai produksi ataupun bernilai ekonomis dan ini kita lakukan berbasis kelurahan residunya yang kita bawa ke TPS”, ujar Wawako Irwandi.
Irwandi juga mengatakan bahwa disamping sampah organik sampah yang paling mebahayakan itu adalah plastik. Untuk menguranginya Pemko Bukittinggi telah melakukan kebijakan dengan membagi – bagikan 11 ribu keranjang belanja kepada ibu – ibu dasa wisma agar ibu rumah tangga tidak lagi menggunakan plastik kresek. Namun persoalan kita di kota ini karena Bukittinggi kota terbuka, maka hal ini juga memberikan kontribusi yang tinggi terhadap persolan sampah.
“sebagai upaya yang telah dilakukan untuk pengolahan sampah diantaranya adalah pengomposan, daur ulang, pemberian keranjang belanjan guna ulang, pemberian tempat minum guna ulang (tumbler) kepada siswa dan penigkatan pelayanan dalam bentuk penjemputan langsung sampah ke kelurahan oleh petugas. Dari strategi tersebut telah diraih beberapa penghargaan dibidang kebersihan lingkungann yang diantaranya adalah pila Adipura, Kota Sehat, Nirwasita Tantra dan Smart Sanitaton Award”, pungkasnya.
Kemudian Irwandi juga berharap, dengan lokakarya ini kiranya nanti ditawarkan beberapa solusi yang nantinya dinilai tepat dan responsive terhadap persolan persampahan khususnya sampah organik dikaitkan dengan keterbatasan areal atau lahan yang kita miliki untuk tempat pengolahan sampah ditambah lagi jarak tempuh TPA regional yang cukup jauh dari Bukittinggi, tuturnya.
Peserta daripada lokakarya ini sebanyak 50 orang yang terdiri dari, SKPD terkait, Camat, Lurah, PLN, Rumah Sakit, Rumah Makan, bank sampah, kelompok tani dan dasa wisma. (Ylm)
Komentar
Pemerintah Kota Bukittinggi
Komentar